Minggu, 01 April 2012


Model-Model Pengembangan Kurikulum
Makalah ini dibuat dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI

Dosen
Uce Affandi,H.S.Pd.I.,M.M.Pd


Oleh:
1.Asep Mulyadi
2.Nana Suryana
3.Firmansyah
4.Dina Yuliana
5.Fitria Ningsih Fauziah
6.Lilis Salimatu Azzahra

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
2012 M/1433 H
Jl. Sirnagalih No.74 Kel. Cikondang Kota Sukabumi
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur mari kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM“. Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta Keluarga dan para Sahabatnya
Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada dosen mata kuliah pengantar metodologi penelitian yang telah memberikan bimbingan kepada Penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan sekali.
Semoga makalah ini bermanfaat khusunya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam system pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman blajar yang harus dimiliki setiap siswa. Oleh karena itu pentingnya fungsi dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang mana pun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar-mengajar.
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut Sukmadinata (2001:), pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum costruction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Selanjutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, gris-garis besar program pengajaran, sampai pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum). Pada sisi lainnya berkenan dengan penjabaran kurikulum (GBPP) yang telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana tahunan, semester, satuan pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum).
Yang dimaksud pengembangan kurikulum dalam bahasan ini bisa mencakup keduanya , tergantung pada konteks pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu sendiri.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai dengan pendekatannya.
Maka dalam makalah ini kami akan menjelaskan model-model pengembangan kurikulum secara terperinci dari mulai model yang pertama yaitu model tyler sampai model dynamic skilbeck.
B.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Pengertian Model-model Pengembangan Kurikulum
2.Beberapa model-model pengembangan kurikulum
C.Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah agar para mahasiswa dapat:
1.Menyebutkan pengertian model-model Pengembangan Kurikulum
2.Menyebutkan dan menjelaskan beberapa model-model pengembangan kurikulum

model-model pengembangan kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Model-model Pengembangan Kurikulum
Menurut Good (1972) dan Travers(1972) , model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau system, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjamahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis. Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah sebagai berikut:
a.Model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia.
b.Model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian.
c.Model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks.
d.Model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar-mengajar.
Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang olah raga yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari star hingga finish. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah kurikulum diartikan dengan manhaj yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam kotek pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru beserta peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai.
Pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli rupanya sangat bervariasi, tetapi dari beberapa istilah itu dapat ditarik benang merah, bahwa disatu pihak ada yang menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan dilain pihak lebih menekankan pada proses atau pengalaman belajar.
Dari kedua pihak tersebut, yakni pihak yang menekankan isi dan yang menekankan proses dan pengalaman, maka muncul pihak ketiga yang berusaha memadukan kedua-duanya, dalam arti kurikulum menekankan baik pada isi maupun proses pendidikan atau pengalaman belajar sekaligus.
Jadi, model-model pengembangan kurikulum adalah suatu rancangan agar proses perencanaan kurikulum dapat menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum:
a.Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan (goals dan general objectives) yang jelas. Salah satu maksud utama rencana kurikulum adalah mengidentifikasi cara untuk tercapainya tujuan.
b.Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.
c.Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.
d.Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong diversitas diantara para pelajar. Proses belajar akan menyenangkan jika rencana kurikulum menyediakan berbagai kesempatan yang memungkinkanmereka mengembangkan potensi pribadi, melakukan berbagai kegiatan, dan memanfaatkan berbagai sumber di sekolah.
e.Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar-mengajar , seperti tujuan, konten,aktivitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.
f.Rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa pengguna. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus mengandung gagasan yang jelas tentang tahapan kognitif, kebutuhan perkembangan, gaya belajar, prestasi awal, konsep diri sebagai pelajar, dan lain-lain.
g.The subject arm approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak digunakan di sekolah.
h.Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru-siswa member kesempatan bagi siswa untuk mempelajari keterampilan perencanaan.
i.Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas yang memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama terjadinya interaksi anatara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus.
j.Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif dan psikomotorik.
Beauchamp mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum, yaitu (Ibrahim, 2006):
1.Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan (definisi) tentang rangkaian kejadian yang dicakupnya.
2.Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber-sumber yang menjadi titik tolaknya.
3.Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik desain kurikulumnya.
4.Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulum serta interaksi dianatara proses tersebut.
5.Setiap teori kurikulum hendaknya mempersiapkan ruang untuk dilakukannya proses penyempunaan.
B.Model-Model Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai dengan pendekatannya.
1.Model Tyler
Pengembangan kurikulum model Tyler yang dapat ditemukan dalam buku klasik yang sampai sekarang banyak dijadikan rujukan dalam proses pengembangan kurikulum yang berjudul Basic Principles of Curriculum and Insturction.
Sesuai dengan bukunya, model pengembangan kurikulum Tyler ini, lebih bersifat bagaimana merancanng suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Dengan demikian, model ini tidak menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah konkrit atau tahapan-tahapan secara rinci. Tyler hanya memberikan dasar-dasar pengembangannya saja.
Menurut Tyler ada empat hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum. Pertama, berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai; kedua,berhubungan dengan pengalaman belajar untuk encapai tujuajn; ketiga,pengorganisasian pengalaman belajar, dan ke empat, berhubungan dengan evaluasi.
a.Menentukan Tujuan
Dalam langkah penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama yang harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.
Tyler memang tidak menjelaskan secara detail tentang sumber tujuan. Namun demikian, Tyler menjelaskan bahwa sumber perumusan tujuan dapat berasal dari siswa, studi kehidupan masa kini, disiplin ilmu, filosofis, dan psikologi belajar.
Merumuskan tujuan kurikulum, sebenarnya sangat tergantung dari teori dan filsafat pendidikan serta model kurikulum apa yang dianut. Bagi pengembang kurikulum subjek akademis, maka penguasaan berbagai konsep dan teori seperti yang tergambar dalam disiplin ilmu merupakan sumber tujuan utama. Kurikulum yang demikian yang kemudian dinamakan sebagai kurikulum yang bersifat “discipline oriented”. Berbeda dengan pengembang kurikulum model humanistic yang lebih bersifat ”child centered”, yaitu kurikulum yang lebih berpusat kepada pengembangan pribadi siswa, maka yang menjadi sumber utama dalam perumusan tujuan tentu saja siswa itu sendiri, baik yang berhubungan dengan pengembangan minat dan bakat serta kebutuhan untuk membekali hidupnya. Lain lagi dengan kurikulum rekonstruksi social. Kurikulum yang lebih bersifat “society centered” ini memosisikan kurikulum sekolah sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan masyarakat, maka kebutuhan dan masalah-masalah social kemasyarakatan merupakan sumber tujuan utama kurikulum.
b.Menentukan Pengalaman Belajar
Langkah kedua dalam proses pengembangan kurikulum adalah menentukan pengalaman belajar (learning experiences) sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan pelajaran. Tyler (1990:41) mengemukakan “Pengalaman belajar menunjuk kepada aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran. Dengan demikian yang harus dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah”apa yang akan atau telah dikerjakan siswa”bukan”apa yang akan atau telah diperbuat guru”. Untuk itulah guru sebagai pengembang kurikulum mestinya memahami apa minat siswa,serta bagaimana latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi guru dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar.
c.Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Langkah ketiga dalam merancang suatu kurikulum adalah mengorganisasikan pengalaman belajarbaik dalam bentuk unit mata pelajaran, maupun dalam bentuk program.Langkah pengorganisasian ini sangat penting, sebab dengan penbgorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar. Pertama, pengorganisasian secara vertikaldan kedua secara horizontal. Pengorganisasian secara vertical apabila menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda. Sedangkan pengorganisasian secara horizontal jika kita menhubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama.
Ada tiga prinsip menurut Tyler (1950:55) dalam mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu kontinuitas, urutan isi, dan integrasi.
d.Evaluasi
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi. Pertama, evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Kedua, evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.
Ada dua fungsi evaluasi : Pertama, evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik. Fungsi ini dinamakan sebagai fungsi sumatif. Kedua, untuk melihat efektivitas proses pembelajaran. Fungsi ini dinamakan fungsi formatif.
2.Model Taba
Model taba lebih menitik beratkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan peyempurnaan. Oleh karena itu, dalam model ini dikembangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pengembang kurikulum.
Pengembangan kurikulum biasanya dilakukan secara deduktif yang di mulai dari langkah penentuan prinsip-prinsip dan kebijakan dasar, merumuskan desainkurikulum, menyusun unit-unit kurikulum, dan mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas.
Hilda Taba tidak sependapat dengan langkah tersebut. Alasannya, pengembangan kurikulum secara deduktif tidak dapat menciptakan pembaruan kurikulum.oleh karena itu, menurut Hilda Taba, sebaiknya kuirikulum dikembangkan secara terbalik yaitu dengan pendekatan induktif. Ada lima langkah moel pengembangan kurikulum terbalik dari Taba ini.
a.Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah:
Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini pengembangan kurikulum memulai dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang “gaps”, berbagai kekurangan (defeciencies), dan perbedaan latar belakang siswa.
Memformulasikan tujuan. Setelah kebutuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan.
Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan merupakan langkah berikutnya.
Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian isi, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukanitu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum ini diberikan.
Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
Mengorganisasi pengalaman belajar.
Menentukan alat-alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa.
Menguji isi keseimbangan kurikulum.
b.Menguji unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya.
c.Merevisi dan mengonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba.
d.Mengembangkan seluruh kerangka kurikulum.
e.Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji
3.Model Oliva
Menurt Oliva suatu model kurikulum harus bersifat simple, komprehensif dan sistematik.
Komponen-komponen seperti yang tampak di bawah ini menurut Oliva adalah komponen pokok saja:
Namun dalam kenyataannya yang dikemukakan oleh Oliva dalam mengembangkan suatu kurikulum ada 12 komponen yang satu sama lain saling berkaitan
Komponen I adalah perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa, dan analisis kebutuhan masyarakat.
Komponen II adalah analisis kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
Komponen III dan IV, berisi tentang tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum yang didasarkan kepada kebutuhan seperti yang tercabtum pada komponen kesatu dan kedua.
Komponen V adalah bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurikulum.
Komponen VI dan VII mulai menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.
Apabila tujuan pembelajaran telah dirumuskan, maka selanjutnya menetapkan strategi pembelajran yang dimungkinkan dapat mencapai tujuan seperti yang terdapat pada komponen kedelapan. Selama itu pula dapat dilakukan studi awal tentang kemungkinan strategi atau teknik penilaian yang akan digunakan (komponen IX A). selanjutnya pengembangan kurikulum dilanjutkan pada komponen X yaitu mengimplementasikan strategi pembelajaran. Setelah strategi diimplementasikan, pengembangan kurikulum kembali pada komponen IX Buntuk menyemb\purnakan alat atau teknik penilaian. Teknik penilaian seperti yang telah ditetapkan pada komponen IX A bias ditambah atau direvisi setelah mendapatkan masukan dari pelaksanaan atau implementasi kurikulum.
Dari penetapan alat dan teknik penilaian itu, maka selanjutnya pada komponen XI dan XII dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran dan evaluasi kurikulum.
Menurut Oliva, model yang dikembangkan ini dapat digunakan dalam beberapa dimensi. Pertama, untuk menyempurnakan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusus, misalkan penyempunaan kurikulum bidang studi tertentu di sekolah, baik dalam tataran perencanaan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua model ini model ini juga dapat digunakan untuk membuat keputusan dalam merancang suatu program kurikulum. Ketiga model ini dapat digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secar khusus.
4.Model Beauchamp
Model ini dinamakan sistem Beauchamp, karena memang diciptakan dan dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan ada lima langkah dalam proses pengembangan kurikulum.
a.Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum.
b.Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum. Beauchamp, menyarankan untuk melibatkan seluas-luasnya para tokoh di masyarakat. Orang-orang yang harus dilibatkan itu terdiri dari para ahli/spesialis kurikulum, para ahli pendidikan termasuk didalamnya para guru yang dianggap berpengalaman, para profesional dalam bidang pendidikan dan lainnya sebagainya, dan para professional dalam bidang lain beserta tokoh masyarakat (para politikus, industriawan, pengusaha, dan lain sebagainya).
c.Menetapkan prosedur yang akan ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan tujuan umu dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar serta menetapkan evaluasi. Keseluruhan prosedur itu selanjutnya dapat dibagi dalam lima langkah:
1)Membentuk tim pengembang kurikulum
2)Melakukan penilaian terhadap kurikulum yang sedang berjalan
3)Melakukan studi atau penjajakan tentang penentuan kurikulum baru
4)Merumuskan criteria dan alternative pengembangan kurikulum
5)Menyusun dan menulis kurikulum yang dikehendaki
d.Implementasi kurikulum. Pada tahap ini perlu disiapkan secara matang berbagai hal yang dapat baik langsung maupun tidak langsung terhadap efektifitas penggunaan kurikulum, seperti pamahaman guru terhadap kurikulum itu, saran atau fasilitas yang tersedia, manajemen sekolah dan lain sebagainya.
e.Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut:
1)Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah
2)Evaluasi terhadap desain kurikulum
3)Evaluasi keberhasilan anak didik
4)Evaluasi system kurikulum.
5.Model Wheeler
Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Wheeler berpendapat proses pengembangan kurikulum terdiri dari lima fase (tahap), yakni:
a.Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umu bias merupakan tujuan yang bersifat normative yang mengandung tujuan filosofis atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis. Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objektif) yakni tujuan yang mudah diukur ketercapaiannya.
b.Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.
c.Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar.
d.Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar.
e.Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Dari langkah-langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan Wheeler, maka tampak bahwa pengembangan kurikulum membentuk sebuah siklus (lingkaran)
6.Model Nicholls
Dalam bukunya developing a Curriculum: A Pratical Guide (1978),
Howard Nicholls meenjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas wlwmwn-wlwmwn kurikulum yang membentuk siklus.
Model pengembangan krikulum nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.
Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu:
a.Analisis situasi
b.Menentuka tujuan khusus
c.Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran
d.Menentukan dan mengorganisasi metode
e.Evaluasi
7.Model Dynamic Skilbeck
Model Dynamic adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah.
Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembangan termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimuali dari menganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian. Menurut skilbeck langkah-langkah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
a.Menganalisis situasi
b.Memformulasikan tujuan
c.Menyusun program
d.Interpretasi dan implementasi
e.Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi
BAB III
KESIMPULAN
Menurut Good (1972) dan Travers(1972) , model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau system, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjamahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar-mengajar.
Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang olah raga yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari star hingga finish. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah kurikulum diartikan dengan manhaj yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam kotek pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru beserta peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai.
Jadi, model-model pengembangan kurikulum adalah suatu rancangan agar proses perencanaan kurikulum dapat menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai dengan pendekatannya.
1.Model Tyler
2.Model Taba
3.Model Oliva
4.Model Beauchamp
5.Model Wheeler
6.Model Nicholls
7.Model Dynamic Skilbeck