Minggu, 01 April 2012


Model-Model Pengembangan Kurikulum
Makalah ini dibuat dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI

Dosen
Uce Affandi,H.S.Pd.I.,M.M.Pd


Oleh:
1.Asep Mulyadi
2.Nana Suryana
3.Firmansyah
4.Dina Yuliana
5.Fitria Ningsih Fauziah
6.Lilis Salimatu Azzahra

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
2012 M/1433 H
Jl. Sirnagalih No.74 Kel. Cikondang Kota Sukabumi
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur mari kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM“. Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta Keluarga dan para Sahabatnya
Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada dosen mata kuliah pengantar metodologi penelitian yang telah memberikan bimbingan kepada Penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan sekali.
Semoga makalah ini bermanfaat khusunya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam system pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman blajar yang harus dimiliki setiap siswa. Oleh karena itu pentingnya fungsi dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang mana pun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar-mengajar.
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut Sukmadinata (2001:), pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum costruction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Selanjutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, gris-garis besar program pengajaran, sampai pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum). Pada sisi lainnya berkenan dengan penjabaran kurikulum (GBPP) yang telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana tahunan, semester, satuan pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum).
Yang dimaksud pengembangan kurikulum dalam bahasan ini bisa mencakup keduanya , tergantung pada konteks pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu sendiri.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai dengan pendekatannya.
Maka dalam makalah ini kami akan menjelaskan model-model pengembangan kurikulum secara terperinci dari mulai model yang pertama yaitu model tyler sampai model dynamic skilbeck.
B.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Pengertian Model-model Pengembangan Kurikulum
2.Beberapa model-model pengembangan kurikulum
C.Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah agar para mahasiswa dapat:
1.Menyebutkan pengertian model-model Pengembangan Kurikulum
2.Menyebutkan dan menjelaskan beberapa model-model pengembangan kurikulum

model-model pengembangan kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Model-model Pengembangan Kurikulum
Menurut Good (1972) dan Travers(1972) , model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau system, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjamahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis. Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah sebagai berikut:
a.Model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia.
b.Model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian.
c.Model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks.
d.Model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar-mengajar.
Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang olah raga yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari star hingga finish. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah kurikulum diartikan dengan manhaj yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam kotek pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru beserta peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai.
Pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli rupanya sangat bervariasi, tetapi dari beberapa istilah itu dapat ditarik benang merah, bahwa disatu pihak ada yang menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan dilain pihak lebih menekankan pada proses atau pengalaman belajar.
Dari kedua pihak tersebut, yakni pihak yang menekankan isi dan yang menekankan proses dan pengalaman, maka muncul pihak ketiga yang berusaha memadukan kedua-duanya, dalam arti kurikulum menekankan baik pada isi maupun proses pendidikan atau pengalaman belajar sekaligus.
Jadi, model-model pengembangan kurikulum adalah suatu rancangan agar proses perencanaan kurikulum dapat menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum:
a.Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan (goals dan general objectives) yang jelas. Salah satu maksud utama rencana kurikulum adalah mengidentifikasi cara untuk tercapainya tujuan.
b.Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.
c.Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.
d.Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong diversitas diantara para pelajar. Proses belajar akan menyenangkan jika rencana kurikulum menyediakan berbagai kesempatan yang memungkinkanmereka mengembangkan potensi pribadi, melakukan berbagai kegiatan, dan memanfaatkan berbagai sumber di sekolah.
e.Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar-mengajar , seperti tujuan, konten,aktivitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.
f.Rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa pengguna. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus mengandung gagasan yang jelas tentang tahapan kognitif, kebutuhan perkembangan, gaya belajar, prestasi awal, konsep diri sebagai pelajar, dan lain-lain.
g.The subject arm approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak digunakan di sekolah.
h.Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru-siswa member kesempatan bagi siswa untuk mempelajari keterampilan perencanaan.
i.Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas yang memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama terjadinya interaksi anatara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus.
j.Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif dan psikomotorik.
Beauchamp mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum, yaitu (Ibrahim, 2006):
1.Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan (definisi) tentang rangkaian kejadian yang dicakupnya.
2.Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber-sumber yang menjadi titik tolaknya.
3.Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik desain kurikulumnya.
4.Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulum serta interaksi dianatara proses tersebut.
5.Setiap teori kurikulum hendaknya mempersiapkan ruang untuk dilakukannya proses penyempunaan.
B.Model-Model Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai dengan pendekatannya.
1.Model Tyler
Pengembangan kurikulum model Tyler yang dapat ditemukan dalam buku klasik yang sampai sekarang banyak dijadikan rujukan dalam proses pengembangan kurikulum yang berjudul Basic Principles of Curriculum and Insturction.
Sesuai dengan bukunya, model pengembangan kurikulum Tyler ini, lebih bersifat bagaimana merancanng suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Dengan demikian, model ini tidak menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah konkrit atau tahapan-tahapan secara rinci. Tyler hanya memberikan dasar-dasar pengembangannya saja.
Menurut Tyler ada empat hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum. Pertama, berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai; kedua,berhubungan dengan pengalaman belajar untuk encapai tujuajn; ketiga,pengorganisasian pengalaman belajar, dan ke empat, berhubungan dengan evaluasi.
a.Menentukan Tujuan
Dalam langkah penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama yang harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.
Tyler memang tidak menjelaskan secara detail tentang sumber tujuan. Namun demikian, Tyler menjelaskan bahwa sumber perumusan tujuan dapat berasal dari siswa, studi kehidupan masa kini, disiplin ilmu, filosofis, dan psikologi belajar.
Merumuskan tujuan kurikulum, sebenarnya sangat tergantung dari teori dan filsafat pendidikan serta model kurikulum apa yang dianut. Bagi pengembang kurikulum subjek akademis, maka penguasaan berbagai konsep dan teori seperti yang tergambar dalam disiplin ilmu merupakan sumber tujuan utama. Kurikulum yang demikian yang kemudian dinamakan sebagai kurikulum yang bersifat “discipline oriented”. Berbeda dengan pengembang kurikulum model humanistic yang lebih bersifat ”child centered”, yaitu kurikulum yang lebih berpusat kepada pengembangan pribadi siswa, maka yang menjadi sumber utama dalam perumusan tujuan tentu saja siswa itu sendiri, baik yang berhubungan dengan pengembangan minat dan bakat serta kebutuhan untuk membekali hidupnya. Lain lagi dengan kurikulum rekonstruksi social. Kurikulum yang lebih bersifat “society centered” ini memosisikan kurikulum sekolah sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan masyarakat, maka kebutuhan dan masalah-masalah social kemasyarakatan merupakan sumber tujuan utama kurikulum.
b.Menentukan Pengalaman Belajar
Langkah kedua dalam proses pengembangan kurikulum adalah menentukan pengalaman belajar (learning experiences) sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan pelajaran. Tyler (1990:41) mengemukakan “Pengalaman belajar menunjuk kepada aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran. Dengan demikian yang harus dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah”apa yang akan atau telah dikerjakan siswa”bukan”apa yang akan atau telah diperbuat guru”. Untuk itulah guru sebagai pengembang kurikulum mestinya memahami apa minat siswa,serta bagaimana latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi guru dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar.
c.Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Langkah ketiga dalam merancang suatu kurikulum adalah mengorganisasikan pengalaman belajarbaik dalam bentuk unit mata pelajaran, maupun dalam bentuk program.Langkah pengorganisasian ini sangat penting, sebab dengan penbgorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar. Pertama, pengorganisasian secara vertikaldan kedua secara horizontal. Pengorganisasian secara vertical apabila menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda. Sedangkan pengorganisasian secara horizontal jika kita menhubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama.
Ada tiga prinsip menurut Tyler (1950:55) dalam mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu kontinuitas, urutan isi, dan integrasi.
d.Evaluasi
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi. Pertama, evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Kedua, evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.
Ada dua fungsi evaluasi : Pertama, evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik. Fungsi ini dinamakan sebagai fungsi sumatif. Kedua, untuk melihat efektivitas proses pembelajaran. Fungsi ini dinamakan fungsi formatif.
2.Model Taba
Model taba lebih menitik beratkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan peyempurnaan. Oleh karena itu, dalam model ini dikembangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pengembang kurikulum.
Pengembangan kurikulum biasanya dilakukan secara deduktif yang di mulai dari langkah penentuan prinsip-prinsip dan kebijakan dasar, merumuskan desainkurikulum, menyusun unit-unit kurikulum, dan mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas.
Hilda Taba tidak sependapat dengan langkah tersebut. Alasannya, pengembangan kurikulum secara deduktif tidak dapat menciptakan pembaruan kurikulum.oleh karena itu, menurut Hilda Taba, sebaiknya kuirikulum dikembangkan secara terbalik yaitu dengan pendekatan induktif. Ada lima langkah moel pengembangan kurikulum terbalik dari Taba ini.
a.Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah:
Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini pengembangan kurikulum memulai dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang “gaps”, berbagai kekurangan (defeciencies), dan perbedaan latar belakang siswa.
Memformulasikan tujuan. Setelah kebutuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan.
Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan merupakan langkah berikutnya.
Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian isi, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukanitu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum ini diberikan.
Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
Mengorganisasi pengalaman belajar.
Menentukan alat-alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa.
Menguji isi keseimbangan kurikulum.
b.Menguji unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya.
c.Merevisi dan mengonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba.
d.Mengembangkan seluruh kerangka kurikulum.
e.Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji
3.Model Oliva
Menurt Oliva suatu model kurikulum harus bersifat simple, komprehensif dan sistematik.
Komponen-komponen seperti yang tampak di bawah ini menurut Oliva adalah komponen pokok saja:
Namun dalam kenyataannya yang dikemukakan oleh Oliva dalam mengembangkan suatu kurikulum ada 12 komponen yang satu sama lain saling berkaitan
Komponen I adalah perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa, dan analisis kebutuhan masyarakat.
Komponen II adalah analisis kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
Komponen III dan IV, berisi tentang tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum yang didasarkan kepada kebutuhan seperti yang tercabtum pada komponen kesatu dan kedua.
Komponen V adalah bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurikulum.
Komponen VI dan VII mulai menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.
Apabila tujuan pembelajaran telah dirumuskan, maka selanjutnya menetapkan strategi pembelajran yang dimungkinkan dapat mencapai tujuan seperti yang terdapat pada komponen kedelapan. Selama itu pula dapat dilakukan studi awal tentang kemungkinan strategi atau teknik penilaian yang akan digunakan (komponen IX A). selanjutnya pengembangan kurikulum dilanjutkan pada komponen X yaitu mengimplementasikan strategi pembelajaran. Setelah strategi diimplementasikan, pengembangan kurikulum kembali pada komponen IX Buntuk menyemb\purnakan alat atau teknik penilaian. Teknik penilaian seperti yang telah ditetapkan pada komponen IX A bias ditambah atau direvisi setelah mendapatkan masukan dari pelaksanaan atau implementasi kurikulum.
Dari penetapan alat dan teknik penilaian itu, maka selanjutnya pada komponen XI dan XII dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran dan evaluasi kurikulum.
Menurut Oliva, model yang dikembangkan ini dapat digunakan dalam beberapa dimensi. Pertama, untuk menyempurnakan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusus, misalkan penyempunaan kurikulum bidang studi tertentu di sekolah, baik dalam tataran perencanaan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua model ini model ini juga dapat digunakan untuk membuat keputusan dalam merancang suatu program kurikulum. Ketiga model ini dapat digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secar khusus.
4.Model Beauchamp
Model ini dinamakan sistem Beauchamp, karena memang diciptakan dan dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan ada lima langkah dalam proses pengembangan kurikulum.
a.Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum.
b.Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum. Beauchamp, menyarankan untuk melibatkan seluas-luasnya para tokoh di masyarakat. Orang-orang yang harus dilibatkan itu terdiri dari para ahli/spesialis kurikulum, para ahli pendidikan termasuk didalamnya para guru yang dianggap berpengalaman, para profesional dalam bidang pendidikan dan lainnya sebagainya, dan para professional dalam bidang lain beserta tokoh masyarakat (para politikus, industriawan, pengusaha, dan lain sebagainya).
c.Menetapkan prosedur yang akan ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan tujuan umu dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar serta menetapkan evaluasi. Keseluruhan prosedur itu selanjutnya dapat dibagi dalam lima langkah:
1)Membentuk tim pengembang kurikulum
2)Melakukan penilaian terhadap kurikulum yang sedang berjalan
3)Melakukan studi atau penjajakan tentang penentuan kurikulum baru
4)Merumuskan criteria dan alternative pengembangan kurikulum
5)Menyusun dan menulis kurikulum yang dikehendaki
d.Implementasi kurikulum. Pada tahap ini perlu disiapkan secara matang berbagai hal yang dapat baik langsung maupun tidak langsung terhadap efektifitas penggunaan kurikulum, seperti pamahaman guru terhadap kurikulum itu, saran atau fasilitas yang tersedia, manajemen sekolah dan lain sebagainya.
e.Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut:
1)Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah
2)Evaluasi terhadap desain kurikulum
3)Evaluasi keberhasilan anak didik
4)Evaluasi system kurikulum.
5.Model Wheeler
Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Wheeler berpendapat proses pengembangan kurikulum terdiri dari lima fase (tahap), yakni:
a.Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umu bias merupakan tujuan yang bersifat normative yang mengandung tujuan filosofis atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis. Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objektif) yakni tujuan yang mudah diukur ketercapaiannya.
b.Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.
c.Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar.
d.Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar.
e.Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Dari langkah-langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan Wheeler, maka tampak bahwa pengembangan kurikulum membentuk sebuah siklus (lingkaran)
6.Model Nicholls
Dalam bukunya developing a Curriculum: A Pratical Guide (1978),
Howard Nicholls meenjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas wlwmwn-wlwmwn kurikulum yang membentuk siklus.
Model pengembangan krikulum nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.
Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu:
a.Analisis situasi
b.Menentuka tujuan khusus
c.Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran
d.Menentukan dan mengorganisasi metode
e.Evaluasi
7.Model Dynamic Skilbeck
Model Dynamic adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah.
Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembangan termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimuali dari menganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian. Menurut skilbeck langkah-langkah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
a.Menganalisis situasi
b.Memformulasikan tujuan
c.Menyusun program
d.Interpretasi dan implementasi
e.Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi
BAB III
KESIMPULAN
Menurut Good (1972) dan Travers(1972) , model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau system, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjamahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar-mengajar.
Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang olah raga yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari star hingga finish. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah kurikulum diartikan dengan manhaj yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam kotek pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru beserta peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai.
Jadi, model-model pengembangan kurikulum adalah suatu rancangan agar proses perencanaan kurikulum dapat menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai dengan pendekatannya.
1.Model Tyler
2.Model Taba
3.Model Oliva
4.Model Beauchamp
5.Model Wheeler
6.Model Nicholls
7.Model Dynamic Skilbeck

Jumat, 23 Maret 2012

cara mengadakan penelitian

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Penelitian
Penelitian menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris yaitu research, re artinya kembali dan search artinya melihat atau mencari. Jadi penelitian dapat dikatakan mencari atau melihat kembali (search again). Namun pada hakekatnya penelitian adalah suatu upaya dan bukan hanya sekedar pengamatan yang diteliti dari suatu obyek yang sudah tetap (fixed) tingkat kebenarannya, sebab kebenaran disini bersifat tentatif.
Dalam penelitian yang dicari tidak lain adalah pengetahuan yang benar dan tepat yang dapat digunakan sebagai jawaban atas akal manusia yang masih tidak tahu. Dengan demikian penelitian itu pekerjaan yang diawali dari ketidaktahuan dari manusia. Ketidaktahuan menyebabkan orang bertanya, setiap pertanyaan akan selalu mengharapkan jawaban, dan untuk dapat menjawab seseorang harus mempunyai pengetahuan apa yang harus dijawabkannya (tidak lain adlah pengetahuan itu sendiri). Pengetahuan didapat dari beberapa pihak yaitu dari guru, teman diskusi, baca artikel, mendengarkan berita, hasil riset telah lalu, dan sebagainya.
Dalam penelitian yang pada intinya mencari jawaban sarana yang dapat dipergunakan adalah bekerjanya akal atau disebut logika, yang aplikasinya adalah penalaran. Karena penalaran itu pada hakekatnya adalah suatau proses yang berlangsung melalui prosedur-prosedur logika, sedangkan pelaksanaanya dalam duia science diwuudkan dalam bentuk riset dan metode-metodenya sepenuhnya harus taat pada hokum-hukum logika. Karena riset itu sebagai dasar dalam keputusan, maka tidak boleh dilakukan atas dasar kebetulan (intuitive), intuisi tanpa riset akan membawa kesalahan besar pada jangka panjangnya akan mengalami kerugian atau kesalahan fatal, meskipun ada kemungkinan jangka pendeknya betul.
B.Persyaratan Penelitian
Tanpa mengadakan penelitian, pengetahuan tidak akan bertambah maju.padahal pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi penelitian sebagai dasaruntuk meningkatkan pengetahua, harus diadakan agar meningkat pula pencapaian usaha-usaha manusia.
Ada tiga persyaratan penting dalam mengadakn kegiatan penelitian yaitu: sistematis, berencana dan mengikuti konsep ilmiah.
•Sistematis : artinya dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang sederhana sampai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
•Berencana : artinya dilaksanakan dengan adanya unsure dipikirkan langkah-angkah pelaksanaannya.
•Mengikuti konsep ilmiah : artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Apabila diterapkan dalam kegiatan penelitian maka urut-urutannya adalah sebagai berikut:
•Penelitian dihadapkan pada suatu kebutuhan atau tantangan. Ingat, John Dewey dalam reflective thinking menyebutkan the felt need.
•Merumuskan masalah, sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternative cara untuk pemecahan masalah.
•Menetapkan hipotesis sebagai titik tolak mengadakan tindakan menentukan alternative pemecahan yang dipilih.
•Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis (collection of data as evidence).
•Mengambil kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan dikembalikan pada hipotesis yang sudah dirumuskan.
•Menentukan kemungkinan untuk mengadakan generalisasi dari kesimpulan tersebut serta implikasinya di masa yang akan datang.
Menurut Prof.Drs. Sutrisno Hadi MA.,ini disebut reflex dan bertujuan untuk menilai pemecahan-pemecahan baru dari segi kebutuhan-kebutuhan masa mendatang.
C.Kriteria dan syarat penelitian yang baik
a.Ciri penelitian yang baik menurut metode atau kaidah ilmiah adalah sebagai berikut:
1.Bersifat kritis dan analitis (critical dan analytical).
2.Memuat konsep dan teori.
3.Menggunakan istilah dengan tepat dan definisi yang uniform.
4.Rasional.
5.Objektif.
6.Konsistensi (consistency) dalam menguraikan, menjelaskan, dan menggunakan kalimat atau istilah singkat padat dan tidak berbelit-belit.
7.Koherensi (coherency) yaitu saling kait mengkaitkan antara bagian satu dengan bagian lainnya, anatara paragraph, atau antar satu bab dengan lainnya.
b.Syarat penelitian yang baik harus mengandung unsure :
1.Tujuan dan masalah dalam penelitian harus digambarkan secara jelas, sehingga tidak menimbulkan keraguan kepada pembaca.
2.Agar peneliti yang lain dapat mengulangi penelitian sebelumnya, maka teknik dan prosedur dalam penelitian itu harus dijelaskan secara rinci.
3.Objektifitas penelitian harus tetap dijaga dengan menunjukan bukti-bukti mengenai sampel yang diambil.
4.Kekurangan-kekurangan selama pelaksanaan penelitian harus diinformasikan secara jujur, dan menjelaskan dampak dari kekurangan tersebut terhadap penelitian berikutnya.
5.Validitas dan kehandalan data harus diperiksa dengan cermat.
6.Kesimpulan yang diambil harus didasarkan pada hal-hal yang terkait dengan data penelitian dan tidak menggeneralisir kesimpulan itu.
7.Objektivitas atau fenomena yang diambil harus betul-betul sesuai dengan kemampuan, pengalaman, dan motivasi yang kuat dari peneliti.
D.Tahap Penelitian Secara Umum
Tahap ini terdiri pula atas tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.
1.Tahap Pra-lapangan
Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu difahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini.
1.Menyusun Rancangan Penelitian.
2.Memilih Lapangan Penelitian
Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantive dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan maslah penelitian; untuk itu pergilah dan jajakilah untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga, perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian.
3.Mengurus Perizinan
Pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang berwewenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian. Tentu saja peneliti jangan mengabaikan izin meninggalkan tugas yang pertama-tama perlu dimintakan dari atasan pene;iti sendiri, dan lain-lain.
Yang memberikan wewenang memberikan izin untuk mengadakan penelitian ialah kepala pemerintahan setempat di mana penelitian itu akan diselenggarakan, seperti gubernur/kepala daerah, bupati camat, sampai kepada RW/RT. Mereka memiliki kewenangan secara formal. Di samping itu, masih ada jalur informal yang perlu diperhatikan dan peneliti jangan mengabaikannya untuk memperoleh izin, yaitu mereka yang memegang kunci dalam kehidupan komunitas tertentu seperti kepala atau pemimpin adat, kepala perkumpulan tertentu, dan sebagainya. Jalur informal ini perlu dan harus ditempuh agar pengumpulan data tidak mengalami gangguan.
Selain mengetahui siapa yang berwewenang, segi lain yang perlu diperhatikan ialah persyaratan lain yang diperlukan. Persyaratan itu dapat berupa (1) surat tugas, (2) surat izin instansi diatasnya, (3) identitas diri, (4) perlengkapan penelitian seperti kamera foto, tape recorder, dan sebagainya, (5) barang kali dalam hal tertentu pemberi izin mempersyaratkan agar peneliti memaparkan maksud, tujuan hasil penelitian yang diharapkan, siapa-siapa yang harus dihubungi, bahkan mungkin ada yang memerlukan waktu untuk mempelajari rancangan penelitian, dan lain-lain.
Syarat-syarat lain yang peril dimiliki oleh peneliti ialah syarat pribadi peneliti sendiri yaitu sikap terbuka, jujur, bersahabat, simpatik dan empatik, objektif dalam menghadapi konflik, tidak pandang bulu, berlaku adil, tahu menyesuaikan diri dengan keadaan latar penelitian, dan sikap-sikap lainnya.
Hal berikutnya yang perlu dipersoalkan ialah apa yang harus dikemukakan kepda pemberi izin. Jika perlu, sebelum menghadap pemberi izin, peneliti terlebih dulu mencari tahu sikap, perilaku,kegemaran, dan latar belakang pendidikannya agar permintaan izin lebih lancer dan mulus.
4.Menjajaki dan Menilai Lapangan
Maksud dan tujuan penjajakan lapangan adalah berusaha mengenal srgala unsure lingkungan social, fisik, dan keadaan alam seperti yang dikemukakan di atas. Jika peneliti telah mengenalnya, maksud dan tujuan lainnya ialah untuk membuat peneliti mempersiapkan diri,mental maupun fisik, serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan. Pengenalan lapangan dimaksudkan pula untuk menilai keadaan, situasi, latar, dan konteksnya, apakah terdapat kesesuaian dengan masalah, hipotesis kerja teori substantof seperti yang digambarkan dan dipikirkan sebelumnya oleh peneliti.
Kirk dan Miller (1986:59-70) metumuskan segi-segi yang perlu diketahui pada tahap invensi ini kedalam tiga aspek, yaitu:
a.Pemahaman atas petunjuk dan cara hidup
Upaya ini berawal dari usaha memahami jaringan sistem social dan berakhir pada kebudayaan yang dipelajari. Hal itu mengharuskan peneliti mengadakan kontak dengan anggota-anggota masyarakat, teristimewa tokoh-tokoh yang berpengaruh yang dapat berperan sebagai perantara dalam memahami cara hidup masyarakat setempat.
b.Memahami pandangan hidup
Cara masyarakat memandang sesuatu seperti objek, orang lain, kepercayaan atau agama lain, merupakan satu segi yang terpatri dalam kehidupannya. Waktu pertama kali peneliti menyentuh masyarakat tempat penelitian diadakan, peneliti akan berhadapan dengan pandangan hidup masyarakat. Peneliti seyogianya menggali pandangan hidup tersebut, bukan mengomentari, mengkritik, atau berusaha memaksakan pandangan hidupnya.
c.Penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat penelitian
Pemahaman ini terjadi pada saat peneliti pertama kali mengenal dan mempelajari kondisi kebudayaan yang tampak dalam unsur-unsur kekaguman, strategi, kegembiraan, dan kesenangan yang mencerminkan motivasi dan citra rasa dalam kebersamaan hidup penduduk setempat dan kebudayaannya tanpa peneliti menonjolkan diri. Pada saat ini penelit seyogianya membina ketahanan dan membangun penangkal terhadap tantangan, kesukaran, persoalan yang tidak terencana sehingga bias muncul sebagai bias dikemudian hari.
5.Memilih dan Memanfaatkan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Perlukah persyaratan dalam memilih dan menentukan seoarng informan? Tentu saja perlu, yaitu ia harus jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk salah satu kelompok yang bertikai dalam latar penelitian, dan mempunyai pandangan ttertentu tentang peristiwa yang terjadi.
Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu agar secepatnya dan tetap seteliti mungki dapat membenamkan diri dalam konteks setempat terutama bagi peneliti yang belum mengalami latihan etnografi, Lincln dan Guba (1985:258). Di samping itu pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relative singkat banyak informasi yang terjaring, jadi sebagai sampling internal, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subyek lainnya (Bogdan dan Biklen, 1982: 65).
Usaha untuk menemukan informan dapat dilakukan dengan cara (1) melalui keterangan orang yang berwewenang, baik secara informal (pemerintah) maupun secara informal (pemimpin masyarakat seperti tokohh masyarakat, pemimpin adat,dan lain-lain). (2) melalui wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti.
6.Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik, tetapi segala macam perlengkapan peneliti yang diperlukan. Hal lain yang perlu dipersiapkan ialah pengaturan perjalanan, teruatama jika lapangan penelitian itu jauh letaknya. Perlu pula dipersiapkan jadwal yang mencakup waktu, alat tulis,kertas, buku catatan, dan sebagainya. Adapun yang lebih penting lagi ialah rancangan biaya karena tanpa biaya penelitian tidak akan dapat terlaksana. Pada tahap analisis data diperlukan pelengkapan berupa alat-alat seperti computer, kartu untuk kategorisasi dan sebagainya.
7.Persoalan Etika Penelitian
Salah satu cirri utama penelitian kualitatif ialah orang sebagai alat atau sebagai instrument yang mengumpulkan data. Hal itu dilakukan dalam pengamatan berperanserta, wawancara mendalam, pengumpulan dokumen, foto dan sebagainya.seluruh metode itu pada dasarnya menyangkut hubungan peneliti dengan orang atau subjek penelitian. Peneliti akan behubungan dengan orang-orang, baik secra perseorangan maupun secara kelompok atau masyarakat, akan bergaul, hidup, dan merasakan serta menghayati bersama tata cara dan tata hidup dal;am suatiu latar penelitian.
Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi, dan tiak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Persoalan etika itu akan muncul jika peneliti tetap berpegang pada latar belakang norma, adat, kebiasaan dan kebudayaannya sendiri dalam menghadapi situasi dan latar konteks penelitiannya. Oleh karena itu peneliti hendaknya menyesuaikan diri serta membaca bajju adat,kebiasaan, dan kebudayaannya, kemudian untuk sementara ia menerima seluruh nilai dan norma social yang ada dalam masyarakat latar penelitiannya,dan meninggalkan budaya sendiri.
Dalam menghadapi persoalan etika tersebut, peneliti hendaknya mempersiapkan diri baik secar fisik, psikologis, maupun mental. Secar fisik seyogianya ia memahami peraturan, norma, nilai social masyarakat melalui (a) kepustakaan, (b) orang, kenalan,teman yang berasal dri latar belakang tersebut, dan (c) orientasi latar penelitian.
Beberapa segi praktis yang perlu dilakukan peneliti dalam menghadapi etika diuraikan berikut ini :
1)Sewaktu tiba dan berhadapan dengan orang-orang pada latar penelitian, beritahukan secara jujur dan terbuka maksud dan tujuan kedatangan peneliti. Hal itu hendaknya diajukan kepada mereka memberikan izin kepada pejabat setempat, kepada subyek yang akan diamati atau diwawancarai.
2)Pandang dan hargailahorang-orang yang diteliti bukan sebagai obyek, melainkan sebagai orang yang sama derajatnya dengan peneliti. Dampak sosialnya akan sangat positifdalam pekerjaan penelitian.
3)Hargai, hormati, dan patuhi, semua peraturan,norma nilai masyarakat,kepercayaan, adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan, tabu yang hidup dalam masyarakat tempat penelitian dilakukan.
4)Peganglah kerahasiaan segala sesuatu yang berkenaan dengan informasi yang diberikan oleh subyek.
5)Tulislah segala kejadian, peristiwa, cerita dan lain-lain secar jujur, benar, jangan ditambah dan sesuaikanlah dengan aslinya.
2.Tahap Pekerjaan Lapangan
Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu:
1)Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
a.Pembatasan latar dan peneliti
Untuk memasuki pekerjaan di lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Di samping itu perlu ia mempersiapkan dirinya, baik secara fisik maupun mental di samping ia harus mengingat persoalan etika sebagai yang telah diuaraikan dimuka. Hal-hal tersebut diuraikan berikut ini.
Peneliti hendaknya mengenal adanya latar terbuka dan latar tertutup.Menurut Lofland dan Lofland (9184:21-24) latar terbuka terdapat di lapangan umum seperti tempat berpidato, orang berkumpul di taman, took, bioskop, dan ruang tunggu rumah sakit. Pada latar demikian peneliti barangkali hanya akan mengandalkan pengamatan dan kurang sekali mengadakan wwncara. Hal itu membawa peneliti untuk memperhitungkan latar tersebut sehingga strategi pengumpulan datanya menjadi efektif. Sebaliknya pada latar tertutup hubungan peneliti perlu akrab karena latar demikian bercirikan orang-orang sebagai subyek yang perlu diamati secara teliti dan wawancara secara mendalam. Dengan sendirinya strategi berperan-sertanya peneliti dalam latar tertutup demikian sangat diperlukan.
b.Penampilan
Dalam hal ini penampilan yang dimaksud adalah dari peneliti itu sendiri. Peneliti hendaknya menyesuaikan penampilannya dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan kultur latar penelitian.
Penampilan fisik bukan hanya ditampakan melalui cara berpakaian. Dapat pula diperlihatkan melalui cara bertingkah laku. Cara bertingkah laku ialah tata cara, tindakan, lenggak-lenggok, cara menegur,dan semacamnya yang diperlihatkan oleh peneliti sewaktu ia berada di tengah-tengah masyarakat tempat ia bekerja sebagai pengumpul data.
c.Pengenalan hubungan peneliti di lapangan
Jika peneliti memanfaatkan pengamatan berperan serta, maka hendaknya hubungan akrab anatara subyek dan peneliti dibina. Dengan demikian peneliti dengan subyek penelitian dapat bekerja sama dengan saling bertukar informasi. Hendaknya diingat agar peneliti bertindak netral di tengah anggota masyarakat. Peneliti tidak diharapkan mengubah situasi yang terjadi pada latar penelitian. Untuk itu hendaknya ia aktif bekerja mengumpulkan informasi, tetapi sekaligus ia hendaknya pasif dalam pengertian tidak boleh mengintervensi peristiwa.
Tugas peneliti ialah mengumpulka informasi yang relevan sebfanyak mungkin dari sudut pandang subyek tanpa mempengaruhi mereka. Di pihak lain peneliti hendaknya menganggap bahwa dalam mengumpulkan data, baik dari tingkatan atas, bawah, kaya,maupun miskin.
d.Jumlah waktu studi
Factor waktu dalam penelitian cukup menentukan, jika tidak diperhatikan oleh peneliti, ada kemungkinan peneliti asyik dan tenggelam ke dalam kehidupan orang-orang pada latar penelitian sehingga waktu yang direncanakan itu menjadi berantakan.
Mengenai pembatasan waktu pada dasarnya peneliti sendirilah yang perlu menentukan pembagian waktu agar waktu yang digunakan di lapangan dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin. Peneliti hendaknya senan tiasa berpegang pada tujuan, masalah dan jadwal yang telah disusun sebelumnya.
2)Memasuki Lapangan
a.Keakraban hubungan
Hubungan di atas dikatakan bahwa sikap peneliti hendaknya pasif, hubungan yang perlu dibina berupa rapport. Rapport adalah hubungan antara peneliti dan subyek yang sudah melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah diantara keduanya. Dengan demikian subyek dengan sukarela dapat menjawab pertanyaan atau memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Rapport itu hendaknya diutamakan agar dicapai terlebih dahulu oleh peneliti. Jika rapport itu telah tercapai, maka tampaknya usaha selanjutnya akan menjadi mudah. Barangkali strategi yang dapat ditempuh dalam hal ini ialah memahami situasi, mempelajari keadaan dan latar belakang orang-orang yang menjadi subyek, barulah berusaha secara perlahan-lahan merebut simpati serta membangun rapport.
b.Mempelajari bahasa
Jika peneliti dari latar yang lain, baik baginya apabila mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang berada pada latar penelitiannya. Peneliti sebaiknya tidak hanya mempelajari bahasa, tetapi juga symbol-simbol yang digunakan oleh orang-orang yang menjadi subyek. Peneliti hendaknya sekurang-kurangnya mengerti dan jangan hanya menduga bahwa ia mengerti. Ia pun tidak hanya harus mengerti bahasa dan symbol yang digunakan, tetapi harus mengerti dalam situasi bagaimana orang menggunakannya, apakah digunakan oleh semua orang ataukah hanya oleh sekelompok orang tertentu.
c.Peranan peneliti
Besarnya peranan: sewaktu berada pada lapangan penelitian, mau tidak mau pneliti terjun ke dalamnya dan akan ikut berperan serta di dalamnya. Pertanyaan yang pertama yang perlu dijawab dalam hal ini ialah seberapa besarkah peranan yang dapat dimainkan oleh peneliti tersebut.
Hal tersebut pada dasarnya bergantung pada factor tempat penelitian dan peneliti itu sendiri. Dari segi peneliti biasanya terbawa oleh arus kesenangan misalnya senang main catur, sifat dan sikap, serta tujuan penelitiannya, peranserta peneliti biasanya diarahkan oleh hal-hal tersebut. Satu hal perlu diingat bahwa peneliti jangan sampai terlalu jauh dibawa oleh arus kesenangannya sehingga ia melupakan tujuan penelitiannya. Jadi, dengan kata lain, yang harus menjadi pembimbing utama dalam mengumpulkan informasi hendaknya tujuan dan masalah penelitian.
3)Berperan-serta Sambil Mengumpulkan Data
a.Pengarahan batas studi
Pada waktu menusun usulan penelitian, batas studi telah ditetapkan bersama masalah dan tujuan penelitian. Jadwal penelitian hendaknya telah disusun pula secara berhati-hati walaupun luwes karena situasi lapangan yang sukar diramalkan. Usaha penjajakan dan orientasi, apabila telah dilakukan denga baik, seluruh factor tersebut akan membatasi data yang relevan saja yang betul-betul perlu ditekuni dan kemudian dikumpulkan. Dalam hal ini ingat senantiasa akan kriterium inklusi-eksklusi.
b.Mencatat data
Alat penelitian penting biasanya digunakan ialah catatan lapangan. Catatan lapangan tidak lain adalah catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan, wawancara, atau menyaksiakan suatu kejadian tetentu. Biasanya catatan lapangan itu dibuat dalam bentuk kata-kata kunci, singkatan, pokok-pokok utama saja, kemudian dilengkapi dan disempurnakan apabila sudah pulang ke tempat tinggal. Bagi peneliti jelas bahwa dalam mengumpulkan data ia jangan melupakan bentuk data lainnya seperti dokumen, laporan, gambar dan foto.
c.Petunjuk tentang cara mengingat data
Pada dasarnya peneliti tidak dapat melakukan dua pekerjaan sekaligus. Peneliti tidak dapat melakukan pengamatan sambil membuat catatan yang baik, sambil mengadakan wawancara secara mendalam dengan seseorang. Oleh karena itu, perlu dikemukakan beberapa petunjuk tentang car mengingat data seperti yang dikemukakan oleh Bogdan (1972:41-41) sebagai berikut :
1.Buatlah catatan secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan.
2.Jangan berbicara dengan orang lain terlebih dahulu tentang hasil pengamatan sebelum peneliti menuangkannya ke dalam catatan lapangan. Jika anda melanggar prinsip ini, ada kemungkinan isi catatan lapangan terkotori oleh hasil pembicaraan itu.
3.Usahakan agar tidak terjadi gangguan sewaktu peneliti menulis, mengetik, atuau mendengarkan serta menyalin hasil rekaman dari perekaman kaset. Biarkan alur berpikir dan mengingat hal atau peristiwa yang terjadi itu mengalir dengan bebas dan lancar.
4.Usahakan untuk menggambarkan dalam diagram keadaan fisik yang diamati atau struktur organisasi yang ditemui dlam suatu pengamatan atau wawancara yang cukup lama dilakukan.
3.Tahap Analisis Data
B.Tahap Penelitian Secara Siklikal
Model ini menggambarkan bahwa proses penelitian mengikuti suatu lingkaran dan lebih dikenal dengan proses penelitian siklikal.
Pada model ini penulis tidak membedakan proses penelitian, kegiatan pengumpulan datanya terlebih dahulu, namun menyatupadukan kegiatan pengumpulan data dengan analisis data. Hal ini akan je;as apabila kita pelajari lingkaran proses penelitian sebagaimana yang dikemukakan berikut ini.
Analisis dan Interpretasi Data
Pada bagian ini dikemukakan dua hal yang berhubungan yaitu: analisis data dan interpretasi data.
1.Analisis data
Karena penelitian ini menggunakan langkah-langkah penelitian naturalistic dikemukakan oleh Spradley maka nalisis data dilaksanakan langsung di lapangan bersama-sama denganpengumpulan data. Ada empat tahap analisis data yang diselingi dengan pengumpulan data yaitu:
a.Analisis Domein
Analisis domein dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan berperanserta /wawancara atau pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan. Pengamatan deskriptif berarti mengadakan pengamatan secara menyeluruh terhadap sesuatu yang ada dalam latar penelitian.
a.Analisis Taksonomi
Tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis taksonomi, yaitu:
1.Memilih satu domein untuk dianalisis,
2.Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantic yang sama yang digunakan untuk domein itu,
3.Mencari tambahan istilah bagian,
4.Mencari domein yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukan sebagai sub bagian dari domein yang sedang dianalisis,
5.Membentuk taksonomi sementara,
6.Mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan,
7.Membangun taksonomi secara lengkap.
b.Analisis komponen
Delapan langkah yang dilakukan dalam analisis komponen, yaitu :
1.Memilh domein yang akan dianalisis
2.Mengidentifikasi seluruh kontras yang telah ditemukan,
3.Menyiapkan lembar paradigma,
4.Mengidentifikasi dimensi dimensi kotras yang memiliki dua nilai,
5.Menggabungkan dimensi kontras yang berkaitan erat menjadi satu,
6.Menyiakan pertanyaan kontras untuk cirri yang tidak ada,
7.Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data
8.Menyiapkan paradigm lengkap.
c.Analisis Tema
Tujuh cara untuk menemukan tema yaitu:
1.Melebur diri,
2.Melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan,
3.Menemukan perspektif yang lebih luas melalui pencarian domein dalam pemandangan budaya,
4.Menguji dimensi kontras seluruh domein yang telah dianalisis,
5.Mengidentifikasi domein terorganisir,
6.Membuat gambar untuk memvisualisasi hubungan antar domein,
7.Mencari tema universal, dipilih satu dari enam topic: komflik social, kontradiksi budaya, teknik kotrol social, hubungan social pribadi, memperoleh dan menjaga status dan memecahkan masalah.
2.Interpretasi Data
Interpretasi Data merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil pnelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh dari lapangan.
E.Prosedur Penelitian
Dilihat dari kedalaman maupun luasnya penelitian, maka terdapatlah berturut-turut bentuk-bentuk laporan penelitian berupa makalah/paper hasil pembahasan buku-buku, skripsi, tesis, dan disertasi.
Walaupun namanya berbeda-beda sehubungan dengan luasnya masalah, dalamnya tinjauan permasalahan dan manfaat yang diharapkan dari tiap-tiap jenis penelitian, namun secara garis besar persyaratannya sama. Sebenarnya masih dapat disebutkan langkah-langkah penelitian yang lain yang lebih menitikberatkan pada kegiatan administrative, yaitu :
•Pembuatan Rancangan Penelitian.
•Pelaksanaan Penelitian.
•Pembuatan Laporan Penelitian.
Ketiga langkah ini pun pendekatan praktik, sesuai dengan maksud penulisan buku ini. Namun pada hemat penulis, ketiga langkah tersebut terlalu besar jaraknya. Oleh karena itu peneliti mengemukakan langkah-langkah yang lebih kecil, terinci, dan sifatnya merupakan kegiatan langkah pemikiran tetapi praktis.
Langkah-langkah penelitian tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut :
1.Memilih masalah.
2.Studi pendahuluan.
3.Merumuskan masalah.
4.Merumuskan anggapan dasar.
4a.merumuskan hipotesis.
5.Memilih pendekatan.
6.(a)menentukan variable dan (b) sumber data.
7.Menentukan dan menyusun instrumen.
8.Mengumpulkan data.
9.Analisis data.
10.Menarik kesimpulan.
11.Menulis laporan.
Langkah ke-1 sampai dengan ke-6 mengisi kegiatan pembuatan rancangan penelitian. Langkah ke-7 sampai dengan ke-10 merupakan pelaksanaan penelitian, dan langkah terakhir sama dengan pembuatan laporan penelitian.
Langkah 1 : Memilih Masalah
Besar maupun kecil, sedikit maupun banyak, setiap orang mesti memiliki masalah. Hanya bedanya, ada masalah yang dapat seketika diatasi, tetapi ada pula yang memerlukan penelitian. Akan tetapi ada masalah penelitian yang tidak dapat dipecahkan melalui penelitian karena berbagai sebab, antara lain karena tidak tersedia datanya.
Memilih masalah bukanlah pekerjaan yang terlalu mudah terutama bagi orang-orang yang belum banyak berpengalaman meneliti. Untuk ini diperlukan kepekaan dari calon peneliti. Apabila sudah berpengalaman meneliti, masalah-masalah ini akan timbul dalam bentuk keinginan untuk segera dilaksanakan pemenuhannya.
Langkah 2 : Studi Pendahuluan
Walaupu sudah diperoleh suatu masalah untuk diteliti, sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti mengadakan suatu studi pendahuluan, yaitu menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti. (Prof. Dr. Winarno Surachmad menyebutkan sebagai studi eksploratori). Studi pendahuluan juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebihjelas kedudukannya.
Langkah 3 : Merumuskan Masalah
Apabila telah diproleh informasi yang cukup dari studi pendahuluan/studi eksploratoris, maka masalah yang akan diteliti menjadi jelas. Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa.
Langkah 4 : Merumuskan Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti didalam melaksanakan penelitiannya. Misalkan kita akan mengadakan tentangprestasi belajar siswa , kita mempunyai anggapan dasar bahwa prestasi belajar siswa adalah berbeda-beda ,tidak seragam. Jika prestasi belajar ini seragam, maka bukanlah variabel yang perlu diteliti.
Langkah 4a : Hipotesis
Jika anggapan dasar merupakan dasar pikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan kita, maka hipotesis merupakn kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan, dites, atu diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan sesuatu di mana penelitian kita arah-pandangan ke sana, sehingga ada yang menuntut kegiatan kita.langkah ini diberi nomor 4a karena tidak semua penelitian menggunakan hipotesis. Bagi penelitian non-hipotesis langkah ini tidak dilalui.
Langkah 5 : Memilih Pendekatan
Yang dimaksud dengan “pendekatan” di sini adalah metode atau cara mengadakan penelitian seperti halnya : eksperimen atau non-eksperimen. Tetapi disamping itu juga menunjukan jenis atau tipe penelitian yang diambil, dipandang dari segi tujuan misalnya eksploratif, deskriptif atau historis. Masih ada pandangan lagi dari subyek penelitiannya, misalnya populasi atau kasus.
Penentuan pendekatan ini akan sangat menentukan apa variable atau obyek penelitian yang akan ditatap, dan sekaligus menentukan subyek penelitian atau sumber di mana kita akan memperoleh data.
Langkah 6 : Menentukan Variable dan Sumber Data
Langkah ke-6 ini menjawab pertanyaan:
Apa yang akan di teliti?
Dari mana data diperoleh?
Kedua hal ini harus diidentifikasikansecara jelas agar dengan tepat dapat
ditentukan alat apa yang kita gunakan untuk mengumpulkan datanya. Kedua langkah ini diberi nomor 6a dan 6b karena dilaksanakan dalam waktu bersamaan. Begitu peneliti menyebutkan satu macamapa yang akan diteliti, seyogianya langsung menentukan dari mana data untuk variable tersebut akan diperoleh. Langkah nomor 6a dan 6b isarankan dilakukan dengan menggunakan matriks.
Langkah 7 : Menentukan dan Menyusun Instrument
Setelah peneliti mengetahui dengan pasti ada yang akan diteliti dan dari mana data bias diperoleh, maka ylangkah yang segera diambil adalah menentukan dengan apa dataakan dikumpulkan.
Instrument ini sangat tergantung dari jenis data dan dari mana diperoleh. Sebagai contoh, data tingkah laku siswa; tentu hanya dapat diperoleh dari siswa dengan cara mengobservasi, atau diperoleh dari guru yang bergaul sehari-hari dengan siswa melalui interviu atau kuesioner
Langkah 8 : Mengumpulkan Data
Apabila peneliti sudah menentukan data apa yang akan dikumpulkan, dari mana data tersebut dapat diperoleh dan dengan cara apa, maka dirinya sendiri maupun orang lain yang akan membantu, sudah mengetahui dengan pasti apa yang berikutnya dilakukan. Mengumpulkan data adalah pekerjaan yang sukar, karena apabila diperoleh data yang salah, tentu saja kesimpulannya pun salah pula, dan hasil penelitiannya menjadi palsu.
Langkah 9 : Analisis Data
Tugas menganalisis data tidak seberat mengumpulkan data, baik tenaga maupun pertanggungjawaban. Akan tetapi menganalisis data membutuhkan ketekunan dan pengertian terhadap jenis data. Jenis data akan menuntut teknik analisis data. Sebagai missal, hubungan antara data nominal dengan nominal tidak dapat dianalisis dengan tekniuk korelasi product-moment, tetapi sangat sesuai jika dianalisis dengan teknik chi kuadrat. Demikian pula dengan jenis data yang lain.
Langkah 10 : Menarik Kesimpulan
Langkah ke-10 ini sebenarnya sudah merupakan langkah terakhir dari kegiatan penelitian. Pekerjaanmeneliti telah selesai, dan peneliti tinggal mengambil konklusi dari hasil pengolahan data, dicocokan dengan hip[otesis yang telah dirumuskan. Sesuaikah data yang kumpul dengan hipotesis atau dugaan peneliti sebelumnya? Disinilah peneliti bisa merasa lega karena hipotesisnya terbukti, atau kecewa karena tidak terbukti. Satu hal yang harus dimiliki oleh peneliti yaitu sifat jujur. Dalam menarik sesuatu kesimpulan penelitian, ia tidak boleh mendorong atau mengarahkan agar hipotesisnya terbukti.
Tidak terbuktinya suatu hipotesis bukanlah suatu pertanda bahwa apa yang dilakukan oleh peneliti itu salah dan harus merasa malu.
Langkah 11 : Menyusun Laporan
Didalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat contoh adanya penemuan-penemuan. Tetapi adakalanya penemuan-penemuan itu bukan dari pekerjaan meneliti. Penemuan-penemuan itu hanya didapat karena coba-coba , dan setelah dirasakan manfaatnya lalu langsung digunakan, tanpa sempat dituliskan dalam bentuk laporan.
Kegiatan penelitian menuntut agar hasilnya disusun, ditulis dalam bentuuk laporan penelitian agar hasilnya diketahui orang lain, serta prosedurnya pun diketahui orang lain pula sehingga dapat mengecek kebenaran pekerjaan tersebut.
Menurut Peter R Senn (dalam Jujun, 1991:111), bahwa ilmu pengetahuan memiliki empat komponen utama, yaitu:1)perumusan masalah;20pengamatan dan deskripsi;3)penjelasan;4)ramalan dan control.
Cara yang biasa dilakukan dalam menemukan masalah menurut Senn adalah melalui persepsi. Salah satu syarat utama dalam konteks hubungan ilmuwan dengan masalah tersebut. Kemudian Senn mensyaratkan empat cirri ideal dari masalah dalam ilmu, yaitu: 1) penting dan menarik ;2)dapat dijawab dengan jelas dan kongkret; 3) jawaban dapat diuji oleh orang lain; 4) dapat dirumuskan secara tepat.
Sementara menurut Jujun(1990:142), ilmu pengetahuan memiliki tiga fungsi, yaitu: menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol. Mengutip Ernest Nagel,Jujun berpendapat, bahwa terdapat empat jenis penjelasan, yaitu: probabilistic, fungsional, teleologis, dan genetic.