Senin, 21 Desember 2009

Valentine day menurut islam

Budaya valentin kian merebak dalam masyarakat kini. Masyarakat terutama kalangan remaja banyak terbawa (hanyut) dalam budaya yang asing ini. Dansa dansi, berpelukan mesra dan ciuman antar sesama lawan jenis yang haram. Ada juga sebagian remaja yang saling memberikan kartu dan ucapan-ucapan yang sangat sentimental, memberikan hadiah (kado), kembang gula dan boneka-boneka anak kecil yang bersayap.

Budaya "asing" tersebut jatuh pada tanggal 14 Februari, yang populer disebut hari Valentine (Valentine's Day, Hari Kasing Sayang). Di Republik ini, penyambut perayaan Hari Kasih Sayang ini umumnya adalah para remaja dan pemuda yang beragama Islam. Mereka terperosok kepada budaya-budaya ciptaan manusia Barat yang sangat menyesatkan. Mereka terjebak dalam tingkah laku yang sama sekali berlawanan dengan ajaran Islam.

Sejarah Valentine

Patutkah budaya yang sama sekali tidak dikenal dalam Islam kita ikuti tanpa melihat asal-usul timbulnya budaya tersebut? Hari kasih sayang (valentine's day) bermula pada tanggal 14 Februari 269 Masehi.

Adalah Santo Valentine, seorang pendeta, harus menerima hukuman pancung dari penguasa (raja) Claudus Ghoticus II melalui tangan algojonya. Santo Valentine dianggap melanggar ketentuan imperium, yakni ia telah berani menikahkan sepasang remaja yang sedang menjalani kisah-sayang secara diam-diam.

Tindakan pendeta Valentine tersebut akhirnya diketahui oleh pihak emperor (Raja). Padahal sudah ada ketentuan pada masa itu, para pemuda lajang dilarang untuk menikah dulu karena mereka sangat dibutuhkan untuk menjadi prajurit yang tangguh. Prajurit yang belum menikah dianggap memiliki prestasi yang baik di medan pertempuran.

hayat Santo Valentine dipupus pada tanggal 14 Februari 269 M di kota Cisalpine Gaul, tepatnya di jalan Flaminia. Pihak gereja kemudian menobatkannya sebagai pahlawan yang telah melindungi orang yang bercinta. Paus St. Julius I telah membuatkan bangunan kehormatan Santo Valentine tersebut.

Paus Galesium I adalah pelopor pencetus peringatan hari kasih sayang pertama pada tahun 496 M. Peringatan hari tersebut juga diilhami oleh kebudayaan nenek moyang bangsa Romawi, yakni pemujaan terhadap dewa Lupercus (dewa kesuburan, padang rumput dan hewan ternak) dan dewa Faunus (dewa alam semesta). Namun tanggal peringatan adalah 15 Februari, dilakukan setiap tahun hingga abad ke-4 M di masa berkuasanya Kaisar Constantine (280-337 M).

Pemujaan terhadap para dewa tersebut dilakukan dengan penyembelihan hewan berupa sejumlah ekor kambing dan satu ekor anjing. Para pemuda yang mengikuti upacara dihadapkan menuju altar sembari diolesi keningnya dengan darah yang ada di pisau bekas penyembelihan hewan tadi. Selanjutnya, para peserta upacara membuat cambuk dari kulit kambing yang telah dikorbankan tadi untuk mencambuki wanita yang dijumpai pada saat mengelilingi bukit Valentine. Anehnya, para wanita menerima cambukan dari para pemuda dengan perasaan senang hati. Mereka, kaum wanita, beranggapan bahwa cambukan tersebut dapat mengembalikan kesuburan wanita.

Pada masa Kaisar Constantine, kaisar yang pertama kali memeluk agama Kristen dan juga seorang yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan gereja, menambahkan berbagai acara setelah upacara pemujaan terhadap Dewa Luparcus dan Faunus tadi dengan acara yang memberikan kesempatan para gadis remaja menyampaikan pesan-pesan cinta mereka yang besar, kemudian para pemuda menerima pesan-pesan dari remaja puteri. Kemudian, setelah itu mereka saling berpasang-pasang dan berdansa semalaman yang biasanya diakhiri dengan tindakan zinah (coitus).

Pada abad ke-5 M, upacara bangsa Romawi ini dimasukkan ke dalam upacara pensucian diri yang umum dilakukan oleh pihak gereja. Tepat pada tahun 494 M, Paus Galasium I yang telah merubah upacara yang telah diciptakan oleh pihak kaisar tadi. Pada tahun 496 M, upacara pensucian ini ditetapkan kemudian menjadi upacara perayaan kasih sayang (Valentine's Day) yang dikenal sekarang ini. Dan tanggal peringatan tadi dirubah dari tanggal 15 Februari menjadi 14 Februari; hari digantungnya pendeta Santo Valentine.

Valentine menurut Islam

Melihat beberapa kisah atau asal-usul yang diutarakan tersebut jelas bagi umat Islam adalah sebuah ritual (upacara) `asing', yakni kebiasaan yang bukan berasal dari ajaran yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Apalagi upacara-upacara tersebut dibarengi dengan tindakan dansa-dansi, bercintaan, berpelukan dan sampai pada hubungan mesum antara manusia yang berlainan jenis, merupakan tindakan yang tidak moralitas lagi. Manusia khususnya para remaja, tidak mengenal lagi batas-batas hubungan sesama manusia. Kebebasan hubungan yang sangat diharamkan dan dilarang keras dalam Islam.

Kepatuhan terhadap perintah Allah dan sunnah Nabi merupakan bukti keimanan dan kecintaan kita kepada Allah, sekaligus sebagai sarana untuk mensucikan diri. Allah berfirman:

Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, Katakan lah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang kafir (Ali-Imran: 31-32).

Mengikuti ketentuan Allah (dalam Al-Qur'an) dan Sunnah Rasulullah adalah sebuah ketentuan yang mutlak dalam Islam. Keduanya merupakan unsur dasar dalam Islam. Orang-orang kafir adalah orang-orang yang menutup diri atau menolak dari kebenaran Qur'an dan Sunnah Rasulullah. Mereka mengambil aturan baik aturan hidup (bertatanan sosial), politik dan hukum, maupun tatanan beribadah (cara-cara beribadah) dan ritual-ritual yang dianggap suci/sakral sebagaimana dalam kasus pengambilan upacara peribadatan atau pensucian yang telah ditetapkan oleh pihak gereja dalam masalah Valentine's Day tadi.

Mengambil cara-cara, beribadah atau upacara-upacara yang dianggap memiliki nilai sakral/suci selain dari ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah sesat. Hadist Nabi SAW bersabda:

Siapa yang mengada-adakan sesuatu dalam agama kami ini, sesuatu yang tidak ada dasar dari padanya, maka itu pasti bertolak (HR Bukhari dan Muslim)


Hadist lain menyatakan: "Sebaik-baik keterangan adalah kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Saw. Dan sejahat-jahat sesuatu, yang serba baru, tidak berasal dari agama (Dinullah). Dan tiap-tiap bid'ah adalah sesat….." (HR Muslim).
Valentine's Day adalah bukan ketentuan-ketentuan perayaan yang diwajibkan disunahkan atau dibolehkan oleh dinul Islam. Penobatan atau penentuan upacara atau peringatan Valentine's Day adalah ditetapkan oleh pihak gereja (pendeta) atau pastur yang Nasrani tersebut.

Sedangkan dalam Qur'an dijelaskan bahwa para pendeta (rahib) adalah menjadikan mereka sebagai Tuhan karena mereka membuat ketentuan baru. Mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan (al-Hadist). Allah berfirman:

Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahibnya sebagai Tuhan selain Allah. Dan juga (mempertuhankan) Al-masih putera Maryam. Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan (QS. al-Taubah: 31).

Pihak rahib (pendeta) telah menghalalkan hubungan sesama lain jenis. Pihak gereja (Paus Galasium I) telah mengadopsi upacara pesan-pesan cinta, dansa-dansi dan berzinah menjadi sebuah upacara pensucian diri.

Dengan kata lain, penobatan Santo Valentine sebagai tokoh "Pembela Kasih Sayang" disertai dengan perzinahan merupakan hal yang tidak dapat dibenarkan dan jelas-jelas tidak bisa ditolerir oleh Islam. Dan Islam tidak menghendaki keberadaan budaya sesat. Na`uzubillahi min zalik

Senin, 14 Desember 2009

Bahasa baku dan tidak baku

A. Pengertian Bahasa Baku
Bahasa Baku adalah ragam bahasa yang cara-cara pengucapan dan penulisan sesuai dengan kaidah standar, kaidah standar dapat berupa pedoman EYD, kata bahasa baku dan kamus umum.

Bahasa Indonesia Baku di Pake Dalam :
1. Komunikasi resmi dalam surat menyurat, peraturan pengumuman instansi resmi atau
perundang-undangan.
2. Tulisan ilmiah seperti laporan penelitian, makalah, skripsi disertai buku-buku ilmu
pengetahuan
3. pembicaraan dimuka umum, seperti dalam khutbah, ceramah, kuliah, pidato.

a. tumbuhnya bahasa indonesia baku
1. bahasa indonesia mempunyai dialeg dan ragam bahasa
2. vareasi yang ada dalam bahasa indonesia terjadi karena kehidupan pemakainya yang
semakin komplek
3. keanekaragaman bahasa indonesia tumbuh secara wajar sebab terjadinya disvesifikasi
fungsi.

b. Ragam bahasa baku
Kalau kita perhatikan kehidupan sehari2 betapa penting nya peranan bahasa sebagai alat
komunikasi, manusia telah ditakdirkan satu sama lain memerlukan pertolongan untuk
memelihara, meningkatkan dan mempertahankan kehidupan nya.
Tiap-tiap bahasa mempunyai dialeg sosial yang membedakan bahasa yang dipakai oleh
suatu kelompok sosial lainya. ciri bahasa yang khusus dipake oleh para sarjana, para petani,
para nelayan dan kelompok sosial lainnya masing2 menandai suatu dialeg sosial, disamping
itu ragam bahasa indonesia ditentukan juga oleh situasi dan oleh pribadi pemakainya.

Ragam Bahasa Baku memiliki dua sifat
1. Kemantapan dinami, yang disamping memiliki kaidah dan aturan yang relatif tetap, juga
cukup luas atau terbuka untuk perubahan sejalan dengan perkembangan masyarakat
2. Kecendikiawan artinya sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit diberbagai
ilmu dan teknologi.

c. Fungsi bahasa baku
Bahasa indonesia baku mempunyai 4 fungsi yaitu:
1. Pemersatu
2. penanda kepribadian
3. menambah wibawa
4. kerangka acuan

d. Pembakuan bahasa indonesia
pembakuan bahasa indonesia meliputi 5 bidang yaitu:
1. Tulisan
2. Ejaan
3. Kosa kata
4. Tata Bahasa
5. Lafal

e. Faktor penunjang dan penghambat pertumbuhan lafal baku
1. Isu pemersatu dan kesatuan
2. Isu pendidikan
3. Isu kesempatan kerja
4. Isu keunggulan bahasa baku
5. Isu demokrasi dalam bahasa

f. Upaya pembakuan lafal bahasa indonesia
1. Jalur sekolah
2. Jalur luar sekolah

B. Pengertian bahasa tidak baku
Bahasa tidak baku adalah salah satu ragama bahasa indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyrakat indonesia secara luas, tetapi
dipakai oleh masyarakat khusus
.

C. Ciri-ciri bahasa baku
1. Bahasa indonesia baku menggunakan lafal tekanan dan intonasi yang sesuai dengan sistem
bunyi bahasa indonesia dengan tidak menampakan sifat asing atau kedaerahan dapat
dikatagorikan sebagai bahasa yang tidak baku
2. Bahasa baku menggunakan penempatan jeda-jeda yang sesuai dengan satuan-satuan
makna atau sintaksis nya menjadi kalimat terasa tunggal
3. Dalam tata tulis sebagai presentasi dari lafalan bahasa baku berpedoman pada EYD dan
pedoman pembentuk istilah
4. bahasa baku menggunakan kata-kata yang dibakukan dalam kamus besar bahasa indonesia
dan menghindari pemakaian kata-kata pergaulan, kata-kata yang bersifat kedaerahan dan
kata-kata asing yang tidak semestinya baik dari segi penggunaan maupun lafalnya
5. Bahasa baku menghindari pemakaian bentuk-bentuk ketatabahasaan yang menyimpang
dari kaidah baik morfologi maupun sintaksis

D. contoh-contoh kesalahan berbahasa
Dosen mengajarkan kami materi kuliah (salah)
Dosen mengajari kami materi kuliah (benar)
ibu memberikannya hadiah (salah)
Ibu memberinya hadia (benar). 0 komentar